Beranda | Artikel
Ahsanallahu ilaikum
Sabtu, 22 April 2017

Bismillah.

Alhamdulillah atas nikmat iman dan hidayah yang Allah berikan kepada kita. Tanpa petunjuk dan pertolongan Allah kita tidak bisa sholat, tidak bisa puasa, bahkan tidak bisa mengingat-Nya.

Salah satu ucapan yang sering terdengar dari para penimba ilmu di majelis para ulama ketika hendak bertanya atau melanjutkan membacakan kitab yang dikaji adalah ‘ahsanallahu ilaikum’ yang artinya, “Semoga Allah mencurahkan ihsan/kebaikan kepada anda.”

Di dalam kalimat ini terkandung doa yang sangat agung dari para penimba ilmu bagi para guru dan pengajar mereka. Doa itu berisi permohonan kepada Allah agar melimpahkan kebaikan kepada guru-guru mereka. Sungguh mulia apa yang mereka ucapkan. Hal ini mengingatkan kita akan kalimat senada yang sering diucapkan oleh para ulama di sela-sela penjelasan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam karya-karyanya ‘semoga Allah merahmatimu’ atau ‘semoga Allah membimbingmu untuk taat kepada-Nya’.

Hal ini juga mengingatkan kita akan maksud yang sangat indah di balik kalimat-kalimat ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah bahwa kalimat semacam ini memberikan pelajaran bahwa sesungguhnya ilmu itu dibangun di atas rasa kasih sayang; jalinan kasih sayang antara pengajar dengan pelajar.

Ya, sifat kasih sayang atau rahmat sangat penting dalam kehidupan. Karena sifat ini pula Allah menurunkan hujan. Karena sifat ini pula Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab. Sifat rahmat adalah sifat yang sangat terpuji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan kita untuk menyayangi sesama dan menjanjikan bahwa orang-orang yang memiliki sifat penyayang akan disayangi oleh Allah Yang Maha Penyayang. Inilah salah satu bentuk perwujudan ‘kaidah’ al-jazaa’u min jinsil ‘amal; bahwa balasan itu sejenis dengan amalan. Barangsiapa menyayangi orang lain balasannya adalah mendapatkan kasih sayang.

Kalimat ‘ahsanallahu ilaikum’ mungkin singkat tetapi sarat akan makna. Sebuah kalimat yang mencerminkan ungkapan terima kasih dan penghargaan para pelajar kepada gurunya. Sebagaimana anak salih yang mendoakan orang tua adalah amalan yang sangat utama, maka begitu pula murid yang salih dan senantiasa mendoakan kebaikan bagi guru-gurunya. Inilah yang diajarkan oleh para ulama rabbani kepada kita untuk berusaha menghormati dan mendoakan kebaikan bagi guru-guru kita. Tidakkah kita ingat ucapan Hasan al-Bashri rahimahullah, “Kalau bukan karena keberadaan para ulama niscaya manusia sama persis dengan binatang.”  

Apabila kita cermati keadaan para ulama kita pun akan teringat ucapan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengenai besarnya jasa ulama dan buruknya tanggapan kebanyakan manusia kepada mereka. Beliau mengatakan, ‘fa maa ahsana atsarahum ‘alan naas, wa maa aqbaha atsaran naasi ‘alaihim’ yang artinya, “Betapa indah pengaruh yang mereka berikan kepada manusia, sementara betapa buruk tanggapan/perlakuan manusia kepada mereka.”

Tidakkah kita ingat bagaimana kerasnya perjuangan dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai-sampai beliau dijuluki ‘orang gila’ ‘penyair’ ‘pendusta’ dan gelaran-gelaran buruk lainnya. Bukan itu saja bahkan beliau pun harus terusir dari kampung halamannya, dilempari dengan batu ketika berdakwah ke Tha’if, dilumuri dengan isi perut onta ketika sujud, menjadi target makar dan pembunuhan, diboikot, diracun, dan lain sebagainya. Begitu pula para sahabat yang rela mempertaruhkan nyawanya demi membela agama dan mempertahankan aqidahnya. Tidakkah kita ingat siksaan yang dialami Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir beserta kedua orang tuanya?  

Kalimat ‘ahsanallahu ilaikum’ mungkin hanya beberapa kata. Akan tetapi ia memuat begitu banyak faidah dan pelajaran bagi kita. Kalimat-kalimat yang ringkas dan penuh kebaikan semacam ini lah yang kita butuhkan untuk menimbun pundi-pundi pahala. Di saat banyak manusia sibuk dengan komentar-komentar dan update status yang memperkeruh suasana, kita sangat butuh untuk terus berdzikir dan mendoakan kebaikan bagi diri kita sendiri dan saudara-saudara kita.  

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua buah kalimat yang ringan di lisan tetapi berat di atas timbangan dan dicintai oleh ar-Rahman; ‘subhanallahi wa bihamdihi subhanallahil ‘azhim’.” (HR. Bukhari). Hal ini mengingatkan akan besarnya nikmat lisan. Lisan untuk berkata-kata yang baik, lisan untuk berdzikir dan memuji Allah. Lisan adalah nikmat yang sangat besar. Akan tetapi nikmat ini akan berubah menjadi bencana ketika tidak kita gunakan dalam kebaikan dan ketaatan. Betapa banyak kerusakan timbul gara-gara lisan…

Kita pun mengetahui bahwa salah satu keistimewaan kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kalimat yang ringkas namun sarat akan makna dan faidah. Itulah yang biasa disebut oleh para ulama dengan istilah jawaami’ul kalim. Kalimat-kalimat yang ringkas tetapi sarat akan makna. Begitulah sifat pembicaraan salafus shalih. Para pendahulu kita yang salih memberikan nasihat dan pesan yang singkat tetapi sarat faidah. Seperti kalimat yang dikatakan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, “Seandainya bersih hati kita niscaya ia tidak akan pernah merasa kenyang dari menikmati ucapan Rabb kita (yaitu al-Qur’an).”

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, kalimat ‘ahsanallahu ilaikum’ adalah doa yang sangat agung. Para ulama kita telah mengajari kita untuk mendoakan kebaikan bagi saudara-saudara kita. Karena salah satu tanda kesempurnaan iman itu adalah ketika kita mencintai kebaikan bagi saudara kita sebagaimana kita mencintai kebaikan itu bagi diri kita sendiri. Terlebih lagi jika kita mendoakan kebaikan bagi saudara kita dari jauh -tidak di hadapannya- maka malaikat akan mendoakan kebaikan serupa untuk kita. Mungkin tangan kita terlalu pendek untuk membantu kesulitan dan kesusahan saudara kita, tetapi lisan kita bisa mendoakan kebaikan untuknya… 

Demikianlah salah satu sifat muslim sejati, dia akan menjaga kaum muslimin lainnya dari kejahatan lisan dan tangannya. Bahkan lebih daripada itu dia akan menyebarkan kebaikan melalui lisannya. Dia akan mengajak kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. Dia akan menjalin nasihat dalam kebenaran dan nasihat untuk menetapi kesabaran. Dia akan mendoakan kebaikan bagi saudaranya, mendoakan hidayah bagi kaumnya, mendoakan ampunan bagi kaum muslimin, dan yang paling utama diantaranya adalah mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya, kebaikan bagi guru-gurunya, dan kebaikan bagi para penguasa kaum muslimin. 


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/ahsanallahu-ilaikum/